Minggu, 06 April 2014

PENGERTIAN BELAJAR, SDN MEDANGASEM III



Assalamu 'alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.
Selamat sore sobatku semuanya. Kemana nih acara liburannya ? ... hehee... semoga lancar yaah.
Baiklah, kita kembali pada materi Postingan Pendidikan SD. Setelah kemarin saya memposting tentang Review Posting Blog Satu Tahun bertugas di SDN TREKO I, untuk postingan kali ini tentang Pengertian Belajar yang kami dapat dari beberapa Referensi, baik di buku atau pun di internet, mungkin dari Sobat masih ada lagi tentang Pengertian Belajar, ya boleh ditambah di komentar nanti saya masukan ke Postingan ini. Semoga bermanfaat bagi diri saya sendiri dan sobat semuanya.
Hamalik (2002:84) mengemukakan bahwa belajar merupakan aspek dari perkembangan yang menunjuk kepada perubahan (modifikasi) perilaku sebagai hasil dari praktik dan pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya (Arsyad, 2003:1). Belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan cita-cita. Menurut Hamalik (2002:45) belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap. Tidak semua perubahan perilaku berarti belajar, orang yang tangannya patah karena kecelakaan mengubah tingkah lakunya, tetapi kehilangan tangan itu sendiri bukanlah belajar. Orang itu melakukan perbuatan belajar untuk mengimbangi tangannya yang hilang satu dengan mempelajari keterampilan-keterampilan yang baru. 
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dikemukakan di atas, Hilgard dan Brower mendefinisikan belajar sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek, dan pengalaman. Ada berbagai teori belajar dalam Hamalik (2002:49) yaitu antara lain:
  1. Simple conditioning atau teori contiguity menekankan bahwa belajar terdiri atas pembangkitan respons dengan stimulus yang pada mulanya bersifat netral atau tidak memadai untuk menimbulkan respon tadi akhirnya mampu menimbulkan respon.
  2. Connectionism, stimulus-respons atau teori reinforcement yang dijelaskan oleh E.L. Thorndike menekankan bahwa belajar terdiri atas pembentukan ikatan atau hubungan-hubungan antara stimulus-respons yang membentuk melalui pengulangan.
  3. Field Theory dirumuskan sebagai reaksi terhadap teori conditioning dan reinforcement yang dipandang bersifat atomistis. Field theory menekankan keseluruhan dari bagian-bagian, bahwa bagian-bagian itu erat sekali berhubungan dan saling bergantung satu sama lain.
  4. Psychology Fenomenologis dan Humanistis, menaruh perhatian besar terhadap kondisi-kondisi di dalam diri individu, yaitu psychological state siswa.
  5. Definisi S-R (Secara Relatif), ide ini dilandasi oleh konsep hukum sebab akibat yang dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam perilaku mekanistis.
Menurut Ali ( dalam E.Yusnandar, E. Zulkifly : 2009: 3), “belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku, akibat interaksi individu dengan lingkungan”. Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Pengertian belajar menurut Gagne (1984) bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai pengalaman. Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu : proses, perilaku, dan pengalaman.


1. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berfikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila fikirannya dan perasaannya aktif


Hasil belajar berupa perubahan tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, ketrampilan motorik, atau penguasaan nilai-nilai (sikap).


Belajar adalah mengalami; dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler (1986:1) yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competencies, skills and attitudes. Kemampuan (competencies), Ketrampilan (skills), dan sikap (attitudes) tersebut diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Rangkaian proses belajar itu dilakukan dalam bentuk keterlibatannya dalam pendidikan formal, informal dan nonformal. Kemampuan belajar inilah yamg membedakan manusia dengan mahluk lainnya.
Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu kalau padanya terjadi perubahan tertentu, misalnya dari tidak dapat naik sepeda menjadi bisa naik sepeda, dari tidak dapat menggunakan kalkulator menjadi dapat menggunakan kalkulator, dan lain-lain. Namun tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut telah belajar. Noehi Nasution (1995 : 2) mengemukakan ciri-ciri kegiatan yang disebut ”belajar” yaitu :
  1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.
  2. Perubahan itu pada dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.
  3. Perubahan itu terjadi karena usaha.
Belajar juga sering diartikan sebagai penambahan, perluasan, dan pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta ketrampilan. Secara konseptual, Fontana (1981), mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Belajar menurut Benjamin Bloom adalah keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hierarki atau taksonomi menurut Benjamin Bloom (1956) dalam Syaeful Sagala (2010:33) menjadi tiga kawasan (domain) yaitu:
  1. Domain kognitif mencangkup kemampuan intelektual mengenal lingkungan terdiri atas enam macam kemampuan yang disusun secara hierarkis dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan (kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari), pemahaman (kemampuan menangkap makna atau arti suatuhal), penerapan (kemampuan mempergunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapi situasi-situasi baru dan nyata), analisis ( kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga sturtur organisasinya dapat di pahami), sintesis (kemampuan memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti), dan penilaian (kemampuan harga suatu hal berdasarkan kriteria interen, kelompok, eksteren, atau yang telah ditetapkan terlebih dahulu).
  2. Domain afektif mencangkup kemampuan-kemampuan emosional dalam mengalami dan menghayati suatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hierarkis yaitu: Kesadaran (kemampuan untuk ingin memperhatikan suatu hal), partisipasi (kemampuan untuk turut serta atau terlibat dalam suatu hal), penghayatan nilai (kemampuan untuk menerima nilai dan terikat kepadanya), pengorganisasian nilai (kemampuan untuk memiliki sistem nilai dalam dirinya), dan karakterisasi diri (kemampuan untuk memiliki pola hidup dimana sistem nilai yang terbentuk dalam dirinya mampu mengawasi tingkah lakunya).
  3. Domain psikomotor kemampuan-kemampuan motorik mengingatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari : Gerakan refleks (kemampuan melakukan tindakan-tindakan yang terjadi secara tak sengaja dalam menjawab sesuatu perangsang), gerakan dasar (kemampuan melakukan pola-pola gerakan yang bersifat pembawaan dan terbentuk dari kombinasi gerakan refleks), kemampuan perseptual (kemampuan menterjemahkan perangsang yang diterima melalui alat indera menjadi gerakan-gerakan yang tepat), kemampuan jasmani (kemampuan dan merupakan gerakan-gerakan dasar inti untuk memperkembangkan gerakan-gerakan yang terlatih) gerakan-gerakan terlatih, (kemampuan melakukan gerakan-gerakan canggih dan rumit dengan tingkat efesiensi yang tertentu), dan komunikasi non-diskursi (kemampuan melakukan komunikasi dengan isyarat gerakan badan).
Demikian, mohon maaf kalau ada kekurangan dan semoga bermanfaat.
Wassalamu 'alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.